Itu di panggung politik. Di dunia bisnis, perang tak melulu berisi kematian dan kisah sedih. Lihatlah kelahiran iPhone pada 2007. Awalnya orang mengira kehadiran si imut dari Apple Inc ini bakal membuat BlackBerry dan Nokia gulung tikar.
Faktanya, kata Fortune, BlackBerry justru tumbuh pesat saat iPhone lahir. Ia tak mati karena perang. Bahkan pertumbuhan angka penjualan BlackBerry saat itu tertinggi dibanding periode sebelumnya. iPhone telah mengangkat industri ponsel untuk masuk ke segmen pasar baru.
Fenomena seperti ini pulalah yang diramalkan dengan kedatangan iPad. Komputer layar sentuh dari Apple itu tak akan membunuh netbook atau laptop. iPad justru akan membuka pasar baru yang selama ini gagal dikembangkan Bill Gates. Bos Microsoft itu telah merintis pasar komputer berlayar sentuh pada 2001. Tapi pasar emoh menerimanya.
Gara-gara iPad, kini industri prosesor sedang panen pesanan. Nvidia, salah satu produsen otak komputer, mengaku tengah mengerjakan proyek untuk 50 jenis komputer tablet.
“Pasar ini sangat besar dan akan mengubah wajah industri komputer,” kata Chief Executive Officer Nvidia Jen Hsun Huang.
Toshiba, Panasonic, HP, dan Dell, kini semua berlomba menelurkan komputer tablet seperti iPad. Bentuknya seperti buku diktat biasa. Hanya, ukurannya lebih tipis. Layarnya intuitif. Sekali sentuh, aplikasi langsung jalan. Persis seperti buku atau koran di dunia sihir yang difantasikan oleh J.K. Rowling dalam buku Harry Potter. Gambarnya bisa bergerak-gerak, bisa bicara seperti video.
Dunia buku dan percetakan bakal kena hebohnya. Bayangkan, apa gunanya percetakan kalau semua buku, majalah, dan brosur dibuat digital. Buku, koran, dan majalah tak butuh lagi loper atau toko buku konvensional. Dengan Internet, semua buku digital itu bisa dikirim secara cepat.
Apakah perang buku digital ini akan berakhir sedih seperti kisah Hitler atau happy ending seperti perang iPhone vs BlackBerry dan Nokia?
Sebagian orang sangsi iPad bakal sukses seperti iPhone. Prediksi paling optimistis, pada tahun pertama iPad akan terjual 2 sampai 3 juta unit. Angka itu tak sebanding dengan iPhone, yang dalam tahun pertama terjual 6 juta unit. Atau bandingkan dengan buku digital keluaran Amazon.com, Kindle. Kindle pada tahun pertama terjual satu setengah juta unit.
Nama Apple bukanlah jaminan bahwa produknya selalu laris di pasar. Ingat komputer Apple Newton pada 1980-an? Itu produk yang gagal di pasar. Karena kegagalan itulah, kemudian komputer yang dimotori oleh software Microsoft merajalela.
Perang yang dikobarkan iPad memang belum tentu dimenangi olehnya. Tapi setidaknya perang itu telah mendatangkan harapan baru. Produsen komputer sekarang yakin bahwa orang membutuhkan komputer jenis baru, yakni yang berlayar sentuh. Itu sebabnya, selain produsen komputer, banyak orang ingin terjun ke bisnis ini.
Intel, misalnya, berancang-ancang meluncurkan komputer berlayar sentuh yang diotaki cip Intel Atom–cip yang biasa dipakai di netbook. Intel menggandeng LG, Samsung, dan Dell.
Google juga emoh ketinggalan. Mereka meluncurkan peranti lunak berbasis Android untuk komputer berlayar sentuh. Namanya Chrome.
iPad telah membuktikan bahwa perang tak melulu berkisah tentang kematian. Tapi juga harapan.
sumber : http://www.tempointeraktif.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar