Corvallis - Terungkapnya biologi dasar koral dalam beberapa tahun terakhir membantu menjelaskan mengapa terumbu karang di seluruh dunia mulai menyusut dan mati. Pengetahuan itu juga memberi tahu para ilmuwan apa yang dapat dilakukan agar terumbu karang dapat selamat menghadapi perubahan iklim dan pengasaman laut.
Perubahan iklim yang tengah terjadi ternyata mengganggu sistem komunikasi biologis unik maupun kompleksitas genetik karang, yang menyaingi manusia. Satu-satu cara mereka dapat selamat dan berfungsi dengan baik adalah hubungan simbiosis yang saling menguntungkan dengan ganggang yang hidup dalam tubuh karang tersebut.
"Setelah menjalani kehidupan yang terbilang sukses selama 250 juta tahun, gangguan sistem biologis dan sistem komunikasi itu adalah penyebab utama terjadinya pemutihan karang dan runtuhnya ekosistem terumbu karang di seluruh dunia," kata para ilmuwan dalam jurnal Science.
Koral adalah binatang kecil yang makan dan dapat mempertahankan diri serta membunuh plankton sebagai makanannya. Dalam proses metabolisme itu, mereka mengeluarkan sekret kalsium karbonat yang menjadi dasar cangkang luar tempat mereka tumbuh. Deposit yang mengalami kalsifikasi itu dapat tumbuh hingga berukuran luar biasa besar dalam jangka waktu lama dan membentuk apa yang disebut terumbu karang, yang dapat menampung lebih dari 4.000 spesies ikan dan bentuk kehidupan laut lainnya.
Namun koral tidak dapat hidup mandiri. Di dalam tubuhnya, mereka menyediakan "rumah" bagi alga yang amat produktif. Tumbuhan inilah yang menfiksasi karbon, menggunakan energi matahari untuk melakukan fotosintesis dan memproduksi gula. "Sebagian dari alga yang menghuni koral itu sangat produktif dan dapat memasok 95 persen gula yang dihasilkannya untuk menghasilkan energi bagi koral," kata Virginia Weis, dosen zoologi di Oregon State University. "Sebagai gantinya, alga memperoleh nitrogen, nutrisi yang amat langka di lautan, dengan mengkonsumsi kotoran koral. Itu adalah hubungan simbiosis yang berkembang sempurna."
Eratnya hubungan itu juga dilandasi proses komunikasi antara alga dan koral, memberi tahu bahwa alga hidup di dalam koral dan segalanya berlangsung baik. Tanpa komunikasi tersebut, koral akan memperlakukan alga sebagai parasit dan berusaha membunuhnya. "Walaupun koral bergantung pada alga, sebagian besarnya tak menyadari kehadiran alga," kata Weiss. "Kami kini yakin inilah yang terjadi ketika air menghangat atau ada sesuatu yang membuat koral tertekan, komunikasi terputus dan pesan tidak sampai. Alga terpaksa angkat kaki dari tempat persembunyiannya dan menghadapi respons imun dari koral."
Para pakar memperkirakan pengasaman laut dalam seabad mendatang akan menurunkan tingkat kalsifikasi koral hingga 50 persen dan memicu tergerusnya cangkang koral. "Berkat temuan tentang simbiosis koral dan kalsifikasinya, serta bagaimana cara kerjanya, para ahli biologi koral mulai memahami binatang unik itu," kata Weiss. "Mungkin ada yang bisa kami lakukan untuk membantu dan melindungi spesies koral yang dapat hidup dalam kondisi berbeda."
sumber : http://www.tempointeraktif.com/
Perubahan iklim yang tengah terjadi ternyata mengganggu sistem komunikasi biologis unik maupun kompleksitas genetik karang, yang menyaingi manusia. Satu-satu cara mereka dapat selamat dan berfungsi dengan baik adalah hubungan simbiosis yang saling menguntungkan dengan ganggang yang hidup dalam tubuh karang tersebut.
"Setelah menjalani kehidupan yang terbilang sukses selama 250 juta tahun, gangguan sistem biologis dan sistem komunikasi itu adalah penyebab utama terjadinya pemutihan karang dan runtuhnya ekosistem terumbu karang di seluruh dunia," kata para ilmuwan dalam jurnal Science.
Koral adalah binatang kecil yang makan dan dapat mempertahankan diri serta membunuh plankton sebagai makanannya. Dalam proses metabolisme itu, mereka mengeluarkan sekret kalsium karbonat yang menjadi dasar cangkang luar tempat mereka tumbuh. Deposit yang mengalami kalsifikasi itu dapat tumbuh hingga berukuran luar biasa besar dalam jangka waktu lama dan membentuk apa yang disebut terumbu karang, yang dapat menampung lebih dari 4.000 spesies ikan dan bentuk kehidupan laut lainnya.
Namun koral tidak dapat hidup mandiri. Di dalam tubuhnya, mereka menyediakan "rumah" bagi alga yang amat produktif. Tumbuhan inilah yang menfiksasi karbon, menggunakan energi matahari untuk melakukan fotosintesis dan memproduksi gula. "Sebagian dari alga yang menghuni koral itu sangat produktif dan dapat memasok 95 persen gula yang dihasilkannya untuk menghasilkan energi bagi koral," kata Virginia Weis, dosen zoologi di Oregon State University. "Sebagai gantinya, alga memperoleh nitrogen, nutrisi yang amat langka di lautan, dengan mengkonsumsi kotoran koral. Itu adalah hubungan simbiosis yang berkembang sempurna."
Eratnya hubungan itu juga dilandasi proses komunikasi antara alga dan koral, memberi tahu bahwa alga hidup di dalam koral dan segalanya berlangsung baik. Tanpa komunikasi tersebut, koral akan memperlakukan alga sebagai parasit dan berusaha membunuhnya. "Walaupun koral bergantung pada alga, sebagian besarnya tak menyadari kehadiran alga," kata Weiss. "Kami kini yakin inilah yang terjadi ketika air menghangat atau ada sesuatu yang membuat koral tertekan, komunikasi terputus dan pesan tidak sampai. Alga terpaksa angkat kaki dari tempat persembunyiannya dan menghadapi respons imun dari koral."
Para pakar memperkirakan pengasaman laut dalam seabad mendatang akan menurunkan tingkat kalsifikasi koral hingga 50 persen dan memicu tergerusnya cangkang koral. "Berkat temuan tentang simbiosis koral dan kalsifikasinya, serta bagaimana cara kerjanya, para ahli biologi koral mulai memahami binatang unik itu," kata Weiss. "Mungkin ada yang bisa kami lakukan untuk membantu dan melindungi spesies koral yang dapat hidup dalam kondisi berbeda."
sumber : http://www.tempointeraktif.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar