Magelang - Mendengar namanya, beong, banyak orang mengernyitkan kening. Mungkin tak sempat terlintas di benak Anda. Kalaupun pernah, barangkali sudah lupa. Wujud aslinya pun sedikit seram. Bersungut menyerupai lele dan berukuran lebih besar.
Di sebuah warung kecil di Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Magelang, makanan ini menjadi menu andalan. Sesuai dengan namanya, mangut, daging ikan ini dimasak dengan kuah berbumbu pedas. "Bahkan superpedas," kata Istiqomah, 33 tahun, pemilik warung, Jumat pekan lalu.
Bentuk ikan air tawar ini mirip lele. Bersungut di bagian kepalanya. Cuma ukurannya lebih besar. Bisa mencapai 20-30 sentimeter. Beratnya pun bisa mencapai 2-3 kilogram. Selain itu, warnanya pun tak hitam seperti lele.
Karena ukuran badannya yang lebih besar, daging beong pun lebih tebal. Durinya tak sebanyak lele. Tak terlalu kecil sehingga tak cukup merepotkan saat menyantap dagingnya.
Kuah pedas mangut ikan beong, kata Istiqomah, diperoleh dari lengkuas (laos), daun serai, jahe, kencur, bawang merah, dan cabe. Karena dimasak spesial pedas, berbagai cabe pun menjadi bumbu wajib masakan ini. Cabe merah, hijau, dan rawit. Semua ada.
Selain pedas di lidah, kuah mangut pun harum tercium di hidung. Aroma itu tercipta dari daun serai dan salam yang dicemplungkan saat merebus kuah. Tambahan tomat dan bawang putih membuat rasa masakan ini kian klop. Pedas, harum, dan segar.
Menurut Istiqomah, cara memasak mangut cukup sederhana. Kuah kuning terang itu berasal dari kunyit yang dicampurkan ke bumbu. Berbagai bumbu itu dimasak dalam satu rebusan kuah. Daging ikan yang telah digoreng pun dimasukkan ke rebusan kuah.
Daging itu dimasak bersama kuah hingga mendidih. Santan air parutan kelapa pun ditambahkan dalam kuah setelah mendidih.
Cara ini, kata Istiqomah, membuat bumbu mangut begitu meresap dalam daging ikan. "Selain itu, (daging) lebih empuk," kata dia.
Hampir semua warga di Kembanglimus bisa memasak mangut. Namun, kata dia, beda tangan pemasak, beda pula rasa mangut yang dihasilkan.
Di warung ini, mangut beong disajikan bersama nasi panas. Jika berkenan, pembeli bisa menambahkan rebusan daun singkong sebagai lalapan. Gorengan ikan teri kecil pun ditawarkan. Menambah gurih saat menyantap mangut beong.
Istiqomah mewarisi seni mengolah mangut dari Murni, ibunya, kini 55 tahun. Sejak berdagang lebih dari 20 tahun lalu, tak banyak yang berubah dari warung ini. Meja-meja kayu, bentuk jendela dan pintu, serta letaknya nyaris sama. "Tapi dulu gubuk kecil," kata dia mengenang.
Sebelum menggunakan bahan baku beong, Istiqomah memakai lele untuk mangutnya. Baru tujuh tahun lalu warung ini menyediakan mangut beong. "Pembeli lebih senang mangut beong," kata Nur Rohman, 28 tahun, saudara Istiqomah. Sejak itu, dari tahun ke tahun, dia melanjutkan, warung tak sepi pembeli.
Bahan baku ikan beong didapat dari Sungai Progo. "Adanya di kali itu saja," kata Nur Rohman. Tiap hari, sebanyak 35-40 kilogram daging ikan beong disetor pencari ikan kepadanya.
Ikan-ikan itu didapat dengan cara menjala. "Dipancing bisa, tapi susah," kata Nur Rohman. Karena itulah, kini mendapat pasokan ikan itu mulai terkendala. Selain hanya terdapat di sungai tertentu, budi dayanya pun cukup susah. Harus ada air mengalir dan kolam cukup dalam.
Agaknya, justru dengan bahan baku beong itu yang membuat warung ini laris manis dijubeli pembeli. Cita rasa mangut tak tersaingi di tengah suasana desa. Dari orang biasa hingga pejabat pemerintah pernah menjadi pembeli. "Itu foto wali kota," kata Lutfi, 25 tahun, seorang pembeli di warung itu, sembari jarinya menunjuk foto di dinding warung.
Menurut karyawan perusahaan swasta di Magelang itu, selain rasanya yang lezat, mangut beong cukup jarang ditemui di tempat lain. Pedas dan segarnya pas. Cocok jadi sajian santap siang.
Harga seporsi mangut beong di warung ini masih cukup terjangkau. Bahkan untuk ukuran menengah ke bawah. Untuk seekor daging beong berukuran sedang, dihargai Rp 12 ribu per porsi. Jika meminta bagian badan atau ekor, pembeli hanya membayar Rp 7.000 per porsi. Itu sudah lengkap dengan sepiring nasi hangat.
Menurut Istiqomah, banyak juga pembeli yang memilih kepala beong. Rasanya lebih gurih. Tak aneh, bagi sebagian pembeli, warung ini dikenal pula dengan sebutan Warung Ndas (kepala) Beong. Seporsi mangut kepala beong berukuran besar dihargai paling mahal, Rp 15 ribu.
Akhirnya, jika Anda berkunjung ke Borobudur, tak ada salahnya menyempatkan diri mencicipi mangut ikan ini. Dari candi, jaraknya cukup dekat. Hanya sejauh 4 kilometer ke arah Kecamatan Salaman, Magelang. Selain menambah pengalaman baru menjelajah masakan Nusantara, harganya cukup murah. Cocok beramai-ramai dengan keluarga.
ANANG ZAKARIA
BOX
Mangut Beong
Bahan-bahan:
Daging ikan beong
Bermacam cabe; cabe merah, hijau, dan rawit
Lengkuas (laos)
Bawang merah dan putih
Daun serai
Kunir
Jahe
Kencur
Daun salam
Tomat
Daun jeruk
Kelapa
Cara membuat:
Membuat kuah dengan bumbu yang telah dipersiapkan. Setelah mendidih, daging ikan beong yang telah dimasak matang dimasukkan ke kuah. Selain itu, santan hasil perasan parutan kelapa pun dimasukkan ke kuah mendidih. Mangut beong lantas dimasak hingga matang.
HARGA: Rp 7.000-15 ribu.
sumber : http://www.tempointeraktif.com
Di sebuah warung kecil di Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Magelang, makanan ini menjadi menu andalan. Sesuai dengan namanya, mangut, daging ikan ini dimasak dengan kuah berbumbu pedas. "Bahkan superpedas," kata Istiqomah, 33 tahun, pemilik warung, Jumat pekan lalu.
Bentuk ikan air tawar ini mirip lele. Bersungut di bagian kepalanya. Cuma ukurannya lebih besar. Bisa mencapai 20-30 sentimeter. Beratnya pun bisa mencapai 2-3 kilogram. Selain itu, warnanya pun tak hitam seperti lele.
Karena ukuran badannya yang lebih besar, daging beong pun lebih tebal. Durinya tak sebanyak lele. Tak terlalu kecil sehingga tak cukup merepotkan saat menyantap dagingnya.
Kuah pedas mangut ikan beong, kata Istiqomah, diperoleh dari lengkuas (laos), daun serai, jahe, kencur, bawang merah, dan cabe. Karena dimasak spesial pedas, berbagai cabe pun menjadi bumbu wajib masakan ini. Cabe merah, hijau, dan rawit. Semua ada.
Selain pedas di lidah, kuah mangut pun harum tercium di hidung. Aroma itu tercipta dari daun serai dan salam yang dicemplungkan saat merebus kuah. Tambahan tomat dan bawang putih membuat rasa masakan ini kian klop. Pedas, harum, dan segar.
Menurut Istiqomah, cara memasak mangut cukup sederhana. Kuah kuning terang itu berasal dari kunyit yang dicampurkan ke bumbu. Berbagai bumbu itu dimasak dalam satu rebusan kuah. Daging ikan yang telah digoreng pun dimasukkan ke rebusan kuah.
Daging itu dimasak bersama kuah hingga mendidih. Santan air parutan kelapa pun ditambahkan dalam kuah setelah mendidih.
Cara ini, kata Istiqomah, membuat bumbu mangut begitu meresap dalam daging ikan. "Selain itu, (daging) lebih empuk," kata dia.
Hampir semua warga di Kembanglimus bisa memasak mangut. Namun, kata dia, beda tangan pemasak, beda pula rasa mangut yang dihasilkan.
Di warung ini, mangut beong disajikan bersama nasi panas. Jika berkenan, pembeli bisa menambahkan rebusan daun singkong sebagai lalapan. Gorengan ikan teri kecil pun ditawarkan. Menambah gurih saat menyantap mangut beong.
Istiqomah mewarisi seni mengolah mangut dari Murni, ibunya, kini 55 tahun. Sejak berdagang lebih dari 20 tahun lalu, tak banyak yang berubah dari warung ini. Meja-meja kayu, bentuk jendela dan pintu, serta letaknya nyaris sama. "Tapi dulu gubuk kecil," kata dia mengenang.
Sebelum menggunakan bahan baku beong, Istiqomah memakai lele untuk mangutnya. Baru tujuh tahun lalu warung ini menyediakan mangut beong. "Pembeli lebih senang mangut beong," kata Nur Rohman, 28 tahun, saudara Istiqomah. Sejak itu, dari tahun ke tahun, dia melanjutkan, warung tak sepi pembeli.
Bahan baku ikan beong didapat dari Sungai Progo. "Adanya di kali itu saja," kata Nur Rohman. Tiap hari, sebanyak 35-40 kilogram daging ikan beong disetor pencari ikan kepadanya.
Ikan-ikan itu didapat dengan cara menjala. "Dipancing bisa, tapi susah," kata Nur Rohman. Karena itulah, kini mendapat pasokan ikan itu mulai terkendala. Selain hanya terdapat di sungai tertentu, budi dayanya pun cukup susah. Harus ada air mengalir dan kolam cukup dalam.
Agaknya, justru dengan bahan baku beong itu yang membuat warung ini laris manis dijubeli pembeli. Cita rasa mangut tak tersaingi di tengah suasana desa. Dari orang biasa hingga pejabat pemerintah pernah menjadi pembeli. "Itu foto wali kota," kata Lutfi, 25 tahun, seorang pembeli di warung itu, sembari jarinya menunjuk foto di dinding warung.
Menurut karyawan perusahaan swasta di Magelang itu, selain rasanya yang lezat, mangut beong cukup jarang ditemui di tempat lain. Pedas dan segarnya pas. Cocok jadi sajian santap siang.
Harga seporsi mangut beong di warung ini masih cukup terjangkau. Bahkan untuk ukuran menengah ke bawah. Untuk seekor daging beong berukuran sedang, dihargai Rp 12 ribu per porsi. Jika meminta bagian badan atau ekor, pembeli hanya membayar Rp 7.000 per porsi. Itu sudah lengkap dengan sepiring nasi hangat.
Menurut Istiqomah, banyak juga pembeli yang memilih kepala beong. Rasanya lebih gurih. Tak aneh, bagi sebagian pembeli, warung ini dikenal pula dengan sebutan Warung Ndas (kepala) Beong. Seporsi mangut kepala beong berukuran besar dihargai paling mahal, Rp 15 ribu.
Akhirnya, jika Anda berkunjung ke Borobudur, tak ada salahnya menyempatkan diri mencicipi mangut ikan ini. Dari candi, jaraknya cukup dekat. Hanya sejauh 4 kilometer ke arah Kecamatan Salaman, Magelang. Selain menambah pengalaman baru menjelajah masakan Nusantara, harganya cukup murah. Cocok beramai-ramai dengan keluarga.
ANANG ZAKARIA
BOX
Mangut Beong
Bahan-bahan:
Daging ikan beong
Bermacam cabe; cabe merah, hijau, dan rawit
Lengkuas (laos)
Bawang merah dan putih
Daun serai
Kunir
Jahe
Kencur
Daun salam
Tomat
Daun jeruk
Kelapa
Cara membuat:
Membuat kuah dengan bumbu yang telah dipersiapkan. Setelah mendidih, daging ikan beong yang telah dimasak matang dimasukkan ke kuah. Selain itu, santan hasil perasan parutan kelapa pun dimasukkan ke kuah mendidih. Mangut beong lantas dimasak hingga matang.
HARGA: Rp 7.000-15 ribu.
sumber : http://www.tempointeraktif.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar